Kamar mandi adalah kamar ide untuk saya. Semua ide, mulai dari ide komik, tugas, sampai apa yang mau saya tulis di blog kadang bisa muncul dengan sendirinya. Entah ketika saat saya baru saja menjejakkan kaki di kamar mandi, mandi, sampai ‘bertapa’. Hehehe..
Nah, ide tulisan ini muncul ketika saya hendak mencuci muka, teringat akan kegiatan “try to think out of the box” yang dilakukan bersama sahabat dan sekaligus partner thesis saya sebelum kami memulai diskusi kami. Awalnya ia menanyakan mengenai apa yang saya lihat dari sebuah sendok, lalu dari sebuah bantal. Jawaban standar yang saya lontarkan tampaknya tidak memuaskannya. Mungkin ini pun bisa jadi jawaban pertama anda, misalnya si sendok : ‘Makan’ dan si bantal : ‘Tidur’.
Ia memancing saya dengan kata ‘Besi’ untuk sendok, gayung bersambut, saya mengerti maksudnya. Jawaban yang ia harapkan ini bukanlah jawaban yang menjadi jawaban umum.
Saat saya merenunginya di kamar mandi. Jawaban yang saya berikan itu merupakan fungsi dari sendok. Sedangkan ‘besi’ adalah bahan sendok. Apa bedanya dari jawaban itu? Ketika saya menjawab ‘makan’ saya berada pada kotak yang bernama ‘fungsi’. Begitu saya memberikan jawaban ‘besi’, saya hanya meloncat ke kotak lainnya yang bernama ‘bahan’. Di mana ‘think out of the box’-nya?
Awalnya saya agak bingung, mencari presepsi ‘think out of the box’ terutama untuk brainstorming solusi thesis saya ini. Akhirnya timbul sebuah gambaran, seperti ini.
Jika ada suatu kondisi/masalah, hal yang umum dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah ‘inside’.
Disebut ‘think out of the box’ jika cara untuk menghadapi kondisi atau solusi untuk sebuah masalah adalah sebuah cara, (terutama) yang bisa baru atau pun yang sudah ada, namun diaplikasikan dengan efektif dan efisien atau bahkan unik dan berbeda.
Selain itu ‘think out of the box’, menurut saya adalah sebuah cara pandang dari sisi yang berbeda-beda. Seperti melihat dadu yang memiliki 6 sisi. Kau baru bisa melihat seutuhnya sebuah dadu bukan dari satu sisi saja bukan?
Kamar mandi adalah kamar ide untuk saya. Semua ide, mulai dari ide komik, tugas, sampai apa yang mau saya tulis di blog kadang bisa muncul dengan sendirinya. Entah ketika saat saya baru saja menjejakkan kaki di kamar mandi, mandi, sampai ‘bertapa’. Hehehe..
Nah, ide tulisan ini muncul ketika saya hendak mencuci muka, teringat akan kegiatan “try to think out of the box” yang dilakukan bersama sahabat dan sekaligus partner thesis saya sebelum kami memulai diskusi kami. Awalnya ia menanyakan mengenai apa yang saya lihat dari sebuah sendok, lalu dari sebuah bantal. Jawaban standar yang saya lontarkan tampaknya tidak memuaskannya. Mungkin ini pun bisa jadi jawaban pertama anda, misalnya si sendok : ‘Makan’ dan si bantal : ‘Tidur’.
Ia memancing saya dengan kata ‘Besi’ untuk sendok, gayung bersambut, saya mengerti maksudnya. Jawaban yang ia harapkan ini bukanlah jawaban yang menjadi jawaban umum.
Saat saya merenunginya di kamar mandi. Jawaban yang saya berikan itu merupakan fungsi dari sendok. Sedangkan ‘besi’ adalah bahan sendok. Apa bedanya dari jawaban itu? Ketika saya menjawab ‘makan’ saya berada pada kotak yang bernama ‘fungsi’. Begitu saya memberikan jawaban ‘besi’, saya hanya meloncat ke kotak lainnya yang bernama ‘bahan’. Di mana ‘think out of the box’-nya?
Continue reading »